Tuesday, May 3, 2016

Tiga Idiot

Masa kecil dulu, gue adalah salah satu orang yang paling gabisa diem di rumah. Main keluar rumah adalah semacam ritual wajib yang harus gue lakukan sepulang sekolah. 

Masa kecil gue dipenuhi dengan tingkah laku sekumpulan anak SD fakir uang jajan yang selalu membuat onar. Gue punya geng berisi 3 orang pada awalnya yang selalu jadi temen main gue setiap pulang sekolah. Mari kita sebut kedua orang itu namanya adalah Tom dan Epeng. 

Tom dan Epeng adalah dua anak SD yang umurnya beda 1 tahun dibawah gue, dan mereka adalah pembuat onar terhebat dalam sepanjang sejarah komplek gue. 

Gue dan geng gue adalah hama yang menjadi musuh utama dari para pembantu-pembantu di komplek gue. Kerjaan kami sehari-hari adalah kalau ga ngerusuh di jalan, ya ngeberantakin sampah-sampah yang sudah dibereskan oleh para pembantu-pembantu tersebut. 

Setelah gue kuliah gue baru berpikir segitu hinanya gue. 

Salah satu yang menggemparkan adalah ketika suatu hari gue lagi main sendiri di genangan air hujan dan gue berkhayal sedang surfing diatas batu bata. Mungkin orang-orang tetangga yang liat gue pengen bantu banjur gue pake air biar lebih terasa nyata. 

Lagi asik-asiknya gue berkhayal seperti anak idiot tiba-tiba Tom dan Epeng lari ke arah gue seperti banci kena razia. 

Tom lari sekuat tenaga dan dia teriak, "WOY ! GUE NEMUIN DANAU CANTIK DI BELAKANG !" 

Buat informasi di komplek gue itu cuman ada 2 sumber air : Yang pertama adalah genangan air ketika hujan besar dan yang kedua adalah selokan di depan komplek yang kadang gue suka mergokin ada yang lagi buang air besar. 

Memang gue adalah anak yang terlahir dari komplek kumuh. Sedih. 

Gue sempet bingung danau apa yang si Tom maksud dan gue bertanya ke dia, "Danau apaan? Kita kan ga deket sama Bali." 

Saat itu pengetahuan gue dangkal dan gue merasa danau itu adanya di Bali. 

Epeng juga berusaha meyakinkan gue dengan matanya yang berbinar-binar seakan dia juga dibayar Tom untuk menipu gue, "Beneran ! Bagus banget, ada rumah bambunya terus dibelakang ada hamparan daun seperti di film-film gitu deh !" 

Jujur gue semakin bingung dengan IQ mereka yang gue rasa tiarap. 

"Udah pokonya ikut gue, sekarang bikin pancingan dulu. Karena kita mau mancing di sana.", Kata Tom dengan semangatnya. 

Akhirnya dengan bodohnya gue ikut mereka dan kita membuat pancingan dengan modal kayu dan tali rafia yang di ujungnya kita iketin Cheetos. 

"Emang ikan suka makan ciki beginian ya Tom?", tanya gue yang udah sedikit emosi disitu. 

"Tenang aja, ikan pasti suka. Gue pernah coba kasih kucing ciki dan dia suka." 

Sok tau sekali si Tom ini. Tapi yasudahlah gue sudah terlanjur penasaran dengan danau yang dimaksud dua orang idiot ini. 

Sampai kita disana gue semacam dibriefing oleh si Tom. 

"Oke! Sekarang semua dengar ya. Kita bakal lewatin jembatan kehidupan yang sulit ini sebelum melihat sesuatu yang indah pasti kita harus mengalami kesulitan.." 

UDAH GILA NIH ORANG ! KEBANYAKAN NONTON MARIO TEGUH PASTI NIH ANAK SAMA NYOKAPNYA ! 

Gue cuman ngangguk-ngangguk aja dan diakhir briefingnya dia bilang gini ke gue dan Epeng sambil megang pundak kita berdua. 

"Apapun yang terjadi, kalaupun gue harus jatuh ke bawah jembatan. Kalian harus tetap maju, jangan pikirin gue!"

Gue dan Epeng ngangguk-ngangguk seperti orang dihipnotis. Begitu selesai, kita bertiga masuk ke dalam dan bertemulah kita dengan jembatan yang Tom maksud. 

Disitu terbentang jembatan dari bambu yang dibawahnya adalah selokan besar yang isinya sampah semua. 

Kita bertiga berhasil melewati jembatan yang Tom bilang maut itu dengan mudahnya dan gue masih ga paham mautnya itu di bagian mananya. 

Selesai nyebrang gue bertanya ke Tom, "Dimana danaunya? Kok ga keliatan apa-apa lagi?" 

Dengan polosnya Tom menjawab, "Danau itu ada di bawah kalian tadi waktu nyebrangin jembatan kehidupan itu." 

Seketika rasanya gue pengen lempar si Tom ini ke selokan besar yang dia maksud danau itu. 

Terus gue bertanya, "Mana padang rumputnya?". 

"Itu sawah padang rumputnya, keren kan gue?", dengan bangga Tom menjawab pertanyaan gue. 

Semakin emosi gue sama si Tom ini, pengen gue jadiin umpan buat ikan-ikanan yang ada di selokan itu dan berharap dia dimakan buaya. 

Mulai hari itu tempat "Danau" yang ditemukan Tom itu selalu kita jadikan tempat bermain. 

Saat itu gue, Tom, dan Epeng baru aja nonton Pirates of The Caribbean. 

"Kita main perang-perangan bajak laut yu kaya di film!", kata Tom dengan semangat. 

Kemudian gue dan Tom jadi bajak laut yang berperang diatas jembatan maut itu dan si Epeng fungsinya adalah memberi efek meriam. 

"Tak.. tak.. tak.." begitulah bunyi pedang-pedangannya kami. 

"Mati kau! Mati kau! Mati kau!", teriak si Tom. Sepanjang bermain itu saja yang dia teriakan. 

Si epeng jug bekerja dengan baik sambil melemparkan tanah berbentuk batu yang kalo dilempar kena benda datar akan pecah dan gue berasa seperti bajak laut yang tersasar di padang gurun bukan di lautan. 

Ketika kami sedang asik-asiknya main tiba-tiba ada seorang bapak-bapak yang mau menyebrang di jembatan itu dan kita akhirnya keluar sebentar dari jembatan tersebut. 

Entah makhluk apa yang masuk ke dalam si Tom dan Epeng mereka berdua melempari batu tanah itu ke badan si bapa-bapa tersebut. 

"WOI ! APA-APAAN NIH?! TUNGGU WOI KAMPRET !", teriak si bapa-bapa tersebut. 

Kemudian gue, Tom, dan Epeng lari kebirit-berit kaya banci dirazia. 

"Ngapain si lu? Ngelemparin batu begitu?", tanya gue. 

"Biar kaya film King Kong coy !!!", kata Tom. Sungguh gue ga mengerti kapan adegan King Kong dilempar batu terus dia mengejar 3 orang idiot yang sudah bosan hidup. 

Kita bertiga lari dan tanpa sadar si Epeng menginjak banyak sekali kotoran kambing, dia ngeliat kebawah kemudian teriak, "AAAAAAAAAAA!". 

Tapi setelah itu dia lanjutin larinya makin kenceng dan semua kotoran kambingnya dia injek semua tanpa sisa.

Pada akhirnya kita berhasil kabur dan kita berteduh di pos satpam. 

Sambil istirahat Tom tetap tidak bisa diam dan dia menemukan buah yang begitu besar disebelah pos satpam tersebut. 

"Woi! Liat nih gue nemuin buah besar. Gue pengen coba cemplungin ke selokan ah biar ada efek meteor jatuh ke lautan.", kata Tom. 

Sungguh eksperimen yang tidak berguna sama sekali. Akhirnya kita bertiga menarik buah yang besar tersebut dan melemparkannya ke selokan dan terciptalah cipratan yang besar. 

"HAHAHAHAHAHAHA! EKSPERIMEN GUE BERHASIL!", Tom ketawa puas sekali seakan-akan itu adalah hal temuan dia. Begitu dangkal. 

Ketika kita sedang tertawa puas ada teriakan dari sebelah pohon tersebut. 

"WOI ! BUAH NANGKA SAYA ! SINI LU SEMUA ANAK KURANG AJAR !", teriak si satpam yang ternyata adalah pemilih buah nangka yang gue kira itu adalah buah langka yang baru pertama kali kita temukan. 

Akhirnya kami bertiga lari dan sambil dilempari batu-batu kecil. 

"INI KEREN NIH! KAYA DI FILM JAMES BOND!", kata Tom ke gue. 

Gue masih ga paham di saat-saat begitu dia masih bisa menyamakan seperti di film. Sungguh anak SD yang idiot. 

Keseruan kami harus berakhir ketika pada akhirnya gue pindah ke komplek yang lain. Gue, Tom, dan Epeng sudah mulai jarang kontak lagi dan jarang kumpul-kumpul lagi untuk membuat onar. 

Sebelum gue pindah Tom ngobrol sama gue dan dia bilang, "Tenang aja. Nanti kita ngobrol lewat email, kita harus belajar jadi orang kantoran dari sekarang!" 

"Iya, kita harus jadi juragan nangka nanti biar satpam itu kita gantiin nangkanya.", kata gue. 

Akhirnya gue pergi ke komplek yang baru dan gue mulai jarang main di luar sama tiga temen gue yang idiot itu karena sudah beda jauh. Setidaknya gue sudah pernah mengalami hidup tanpa beban yang mungkin tidak akan mungkin dialami oleh anak-anak gadget zaman sekarang. 


No comments:

Post a Comment